Happy Design

Kita mulai tulisan ini dengan sebuah quote menarik:

“Creativity is inventing, experimenting, growing, taking risks, breaking rules, making mistakes and having fun”
― Mary Lou Cook

Pada hakekatnya desain adalah sebuah bentuk pemenuhan kebutuhan manusia. Di masa kini, kehidupan kita tidak dapat terlepas dari peran desain. Faktor manusia menjadi menarik, karena disini, ia adalah subyek sekaligus obyek. Jadi segala sesuatunya sesungguhnya tentang manusia. Kemanusiaan tersebut melekat pada sisi desainer dan sisi audiennya.

Desain adalah dunia kreativitas yang fungsinya antara lain men-stimuli emosi manusia, terutama adalah perasaan senang. Salah satu prinsip kreatif adalah hadirnya keberanian untuk berbeda, unik dan orisinil dalam mendapatkan solusi yang efektif:  komunikatif, dan menarik perhatian.

Dalam prosesnya, kreativitas lebih sering terkendala oleh hal-hal yang sifatnya non teknis, subyektivitas dan politis. Misalnya, karena tenggat waktu yang begitu sempit, ketidakharmonisan komunikasi dan kepentingan bisnis itu sendiri.

Keadaan akan semakin memburuk ketika tembok penghalang itu datang serempak, maka proses kreatif tidak ideal lagi. Kalau prosesnya tidak ideal, tentu hasilnya menjadi jauh dari ideal.

–

Faktanya, Design work seringkali akan terlihat seperti pengulangan-pengulangan, repetisi, similarity-kemiripan (mirror), copy-cut and paste dari karya-karya sebelumnya… Cliché. Di masa kini, tantangan itu semakin massif dengan hadirnya teknologi baru. Referensi desain bertebaran di jagat maya, dan aplikasi-aplikasi baru mempermudah kerja kreatif. Desainer kini tidak hanya bertarung dengan desain lain, tetapi justru dengan teknologi itu sendiri. Tulisan ini adalah pengingat dan berusaha mendorong kerja kreatif bagi desainer agar terus berani berkarya dengan jujur dan kreatif.

Karya yang baik seharusnya adalah hasil komunikasi yang produktif antara desainer dan klien. Pemahaman yang dangkal akan peran komunikasi di antara para pihak hanya akan mendangkalkan makna kreatif itu sendiri. Yang paling fatal tentu terjadi miskomunikasi. Nah, saatnya kita kembali memahami lagi kemanusiaan kita. Kita kembali membuka kran komunikasi yang intens dan kembalikan ke fitrah kreatif sebagai pemenuhan kebutuhan emosi manusia.

Sebuah tips untuk keluar dari lingkaran buntu: pelajari lebih dalam dan pahami setulus hati sisi-sisi kemanusiaan dari orang-orang di sekeliling kita, dan mari kita mulai dari pribadi yang bahagia. Jalani dengan happy, nikmati sepenuh hati. Dalam melahirkan happy design, kita sendiri (designer) juga harus hepi dalam prosesnya. Happy dalam menjalani proses kreatifnya untuk melahirkan karya yang dapat membuat hepi khalayaknya (atau klien). Bahagia membuat karya agar orang lain bahagia. Hal-hal sederhana tetapi berdaya, dapat kita mulai lagi: bersyukur, berbagi, beretika, dan jangan lupa untuk selalu bermain…

(arifpsa)