People Innovation Excellence

“Sejumput catatan”

12 tahun silam sempat ingin menerbitkan buku perjalanan yang isinya foto dan naskah cerita perjalanan ketika itu bermalam di Arafah 9 zdulhijah diiringini gema lantunan talbiyah. Rencananya buku berisi foto2 hasil nyetreet selama 40 hari dan yang tidak sempat terekam kamera saya ceritakan secara verbal melalui selipan teks cerita. Nasib berkata lain, buku tersebut hingga kini tidak pernah terwujud, apalagi sekarang sangat mudah orang mendokumentasikan perjalanannya ke tanah suci melalui kamera ponsel, sehingga foto2 situasi haji sangatlah biasa. Berbeda pada waktu itu, menenteng kamera di sepanjang jalan Makkah bukanlah hal mudah, polisi akan mengejar kita karena aktifitas foto-memoto tidak diperbolehkan. di bawah ini satu penggal cerita yang telah saya tulis;

Gudang Garam Abu Dhabi

Kisah kretek Indonesia di negeri onta.

Kontroversi rokok dikalangan umat Islam Tanah air masih menjadi perbincangan seru, ada yang menganggap makruh ada juga yang mengharamkannya. Negeri penghasil rempah dunia dengan salah satu komoditi berupa tanaman cengkih, sangat lekat dengan industri rokok. Industri rokok kretek seakan memiliki nyawa lebih dari satu sehingga susah untuk mati dan kokoh bertahan di negeri yang rawan dengan permasalahan ekonomi. Geliat agresif industri rokok Indonesia, cukup memberi gambaran berapa besar konsumsi rokok di negeri ini dalam setiap detiknya. Lalu-lalang orang di jalan, hiruk-pikuk di pertokoan, hingar-bingar di tempat hiburan, tak lepas kita dari kepulan asap tembakau dengan berbagai merek. Himbauan yang menempel di dalam kemasan rokok hingga plang iklan menjulang tinggi di jalan yang menyuarakan bahaya rokok, tidak menyurutkan populasi penikmat rokok. Pembatasan aktivitas iklan rokok yang tertuang di dalam kode etik periklanan, tidak juga menjadikan produk tembakau ini lepas dari jangkauan konsumen. Falsafah pecandu rokok “ora mangan ora opo-opo, sing penting ngrokok” tampak tak masuk akal, tetapi begitulah rokok selalu jaya disetiap masa.

Isu rokok selalu muncul disetiap keberangkatan jamaah haji tanah air. Banyaknya perokok dikalangan calon jamah haji, mau tidak mau akan meninggalkan banyak cerita yang seru dan lucu. Mulai dari proses persiapan keberangkatan hingga prosesi ibadah haji di Makkah atau Madinah, sang perokok selalu memiliki kiat untuk tidak kehabisan kepul asap rokok. Razia yang dilakukan saat awal keberangkatan sering kali membuat dada sesak para calon jamaah perokok. Impian untuk tetap berasap di Tanah suci sirna karena perbekalan rokok yang ada di sita oleh petugas. Banyak juga yang merasa lega karena beberapa slop rokok masih tersimpan rapi di koper perbekalan hingga mendarat di Tanah suci.

Minggu pertama menginjakkan kaki di Makkah, para perokok masih terlihat sombong dengan melimpahnya perbekalan kretek yang mereka bawa. Dermawan-dermawan rokok dapat kita temui diantara jama’ah. Persediaan rokok bukanlah sebuah masalah pada saat itu. Bayangkan masing-masing jama’ah perokok minimal bawa dua slop rokok yang mereka konsumsi. Kondisi semacam itu segera berakhir memasuki minggu ketiga, dimana persediaan rokok yang dulu berlimpah cuma tersisa satu atau dua bungkus di dalam koper. Bagi perokok aktif yang sudah kecanduan nikotin hal tersebut menjadi masalah yang sangat besar. Mulailah isu pencarian tempat penjualan rokok diseputar maktab kita tinggal. Mencari tempat penjualan rokok disana tidak seperti di Tanah air yang dengan mudah kita jumpai disetiap pojok jalan.

Kisah seru pencarian rokok yang paling menarik waktu jamaah tiba di Madinah. Untuk mendapatkan rokok agak sedikit lebih mudah, karena banyak tempat makan yang pelayannya secara diam-diam menjual rokok. Berita tersebut menyebar dari mulut-kemulut diantara jama’ah. Beberapa kasir sebuah rumah makan di seputar Madinah yang rata-rata berkebangsaan Bangladesh sangat memahami kebiasaan merokok dari sebagian jama’ah Indonesia. Secara sembunyi-sembunyi mereka menyimpan dagangan rokok di bawah meja kasir, sehingga tidak semua orang mengetahuinya. Kebiasaan yang terjadi adalah ketika jamaah selesai makan terus melakukan transaksi pembayaran, apabila ada jamaah yang menanyakan cigaret, maka buru-buru si kasir membuka laci dibawah mejanya yang berisi berbagai macam rokok Indonesia. Semua rokok ia jual dengan harga yang sama, tanpa pandang bulu mereknya.Untuk mendapatkan rokok menjadi tidak terlalu susah, tetapi masalah masih tetap saja ada yaitu; harganya yang nggak ketulungan dan karena stoknya terbatas kita tidak dapat bebas menentukan merek rokok yang kita mau. Terasa sekali situasi penjualan rokok tersebut tampak kuarang nyaman dan diliputi sedikit rasa ketakutan, entah aturan apa yang telah ia langgar berkaitan dengan rokok. Mungkin juga penjualan rokok sangat ketat batasannya di Tanah suci tersebut.

Waktu di Madinah sempat menjadi calo rokoknya para pakcik dari malaysia. Cerita singkatnya pada waktu itu saya dapat informasi penjual rokok di salah satu kamar penginapan jamaah. Rokok dijual cukup mahal akan tetapi mereknya Gudang Garam, merek rokok yang susah dicari. Banyak rokok dijual akan tetapi hanya jenis rokok putih atau mild yang ada. Pada suatu pagi antre makan dekat dengan antrean makan jamaah asal Malaysia. Sambil nguping pembicaraan mereka, ternyata mereka kesusahan mencari rokok kretek asal Indonesia. Melalui beberapa pembicaraan, akhirnya saya antar pakcik2 tersebut ke kamar penjual rokok. Mereka membeli beberapa bungkus dan memberi hadiah saya 2 bungkus Gudang Garam, lumayan pas lagi paceklik tembakau. Dari situ saya baru tahu ternyata ada rokok Gudang Garam yang bertuliskan kecil Abu Dhabi. Jenis Gudang Garam ini tidak disukai pakcik dari malay tersebut, mereka lebih suka yang bertuliskan kediri. Kata mereka yang asli Indonesia rasanya beda, lebih enak.

Salam fotografi kawanz!

NB: foto dibawah tidak terkait dengan cerita di atas. Yang sudah ada fotonya tidak akan saya ceritakan secara verbal.

Photo by Lateevhaq


Published at :
Written By
Lateevhaq
Leave Your Footprint

    Periksa Browser Anda

    Check Your Browser

    Situs ini tidak lagi mendukung penggunaan browser dengan teknologi tertinggal.

    Apabila Anda melihat pesan ini, berarti Anda masih menggunakan browser Internet Explorer seri 8 / 7 / 6 / ...

    Sebagai informasi, browser yang anda gunakan ini tidaklah aman dan tidak dapat menampilkan teknologi CSS terakhir yang dapat membuat sebuah situs tampil lebih baik. Bahkan Microsoft sebagai pembuatnya, telah merekomendasikan agar menggunakan browser yang lebih modern.

    Untuk tampilan yang lebih baik, gunakan salah satu browser berikut. Download dan Install, seluruhnya gratis untuk digunakan.

    We're Moving Forward.

    This Site Is No Longer Supporting Out-of Date Browser.

    If you are viewing this message, it means that you are currently using Internet Explorer 8 / 7 / 6 / below to access this site. FYI, it is unsafe and unable to render the latest CSS improvements. Even Microsoft, its creator, wants you to install more modern browser.

    Best viewed with one of these browser instead. It is totally free.

    1. Google Chrome
    2. Mozilla Firefox
    3. Opera
    4. Internet Explorer 9
    Close