MOMEN ESTETIK
(Bertautnya rasa dengan semburat cahaya)
Terjadi tadi pagi saat ziarah kubur di makam ibu mertua.
Momen estetik sejatinya muncul dalam dua peristiwa. Pertama, saat seniman foto menemukan ide kreatif. Kedua, saat penikmat foto sedang melihat karya foto.
Momen estetik biasanya muncul pada diri seniman foto secara tidak terduga. Kondisi seperti itu menurut Emmanuel kant disebut “sublime”, sedangkan Barthes dengan pendekatan istilah “Punctum kedua”. Suatu peristiwa rohani yang dipicu oleh berkelindannya tubuh dengan alam. Momen estetik sangat susah diceritakan, yang terekam melalui karya foto hanyalah upaya untuk mengabadikan momen estetik yang jauh dari sempurna. Momen estetik memiliki berbagai tingkatan, dalam tingkatan yang membuncah biasanya sangat sulit seorang seniman foto untuk tidak merekamnya.
Melalui metode2 penciptaan kreatif, momen estetik dapat dipicu melalui berbagai cara. Dalam metode perancangan desain biasa disebut proses “Black box”, sedangkan metode kreatif yang lain lazim disebut tahap “Inkubasi”. Sebuah tahapan yang berupaya mensetimulasi otak pada gelombang teta untuk melakukan kalkulasi ketidak sadaran antara problem dengan referensi rasa –- rasa adalah penumpukan pengalaman tubuh selama berinteraksi dengan alam.
Kembali ke dalam momen estetik yang terjadi pagi tadi.
Sudah menjadi kebiasaan kami untuk nyekar di makam ibu mertua sebelum memasuki bulan Ramadan. Saya dan istri membaca tahlil yang dipimpin oleh bapak mertua. Setelah doa selesai dibacakan secara tidak sengaja saya melihat kesekeliling makam dengan sudutt pandang 45 derajat keatas. Seputaran makam dikelilingi oleh pohon Hanjuang. Matahari bersinar terik masih agak condong ketimur. Tiba2 saya merasa seperti berada di balik tirai warna-warni yang berlubang. Lubangnya memancarkan cahaya dengan refleksi beraneka ragam, sejenak terpaku seakan tidak lagi menginjak bumi. Ketakjuban yang susah sekali untuk diceritakan tetapi hanya mampu direnungkan sebagai pengalaman dalam momen estetik tersebut.
Melalui kamera, saya berusaha menghentikan momen estetik tersebut, tetapi itu hanya sebagian kecil belaka (untung kamera selalu tersampir di badan). Masih menumpuk rasa tersisa yang tak bisa diurai dengan kata.
Published at :