ANGKE Sembrawut Angke yang Maut
by: Julianto
DESKRIPSI:
Lokasinya berada di Jakarta Barat, tepatnya berdekatan dengan Unilever(kami menyebutnya Pabrik Sabun, karena dominan memproduksi sabun batangan dan bubuk pada jamannya, sekarang sudah tak ada), rel kereta Api antara Stasiun Angke-Kampung Bandan, di sana juga sangat terkenal dengan Pasar Angkenya, bahkan di tahun 70an -80an awal masih sebagai tempat mangkalnya bus-bus ‘Suburban’ pp ke Serang, Jawa Barat, sebagai terminal bayangan. Stasiun, terminal, pasar, lengkaplah keramaian di sana, tentunya padat transaksi yang mengakibatkan tumpah ruahnya orang orang dari segala penjuru tempat yang dekat dan berjauahan. Orang asing dan tidak dikenal kerap berseliweran, keributan, perkelahian, pencurian, judi, pelacuran tak terelaknan.
‘Rumah rumah tumbuh’ dibangun seadanya, tanpa mennghiraukan kenyamanan, apalagi kesehatan, boro boro surat dan keabsahan, yang penting ada lahan sepetak, ‘bangun’!, demi memenuhi kebutuhan pendatang untuk mengadu nasib di kota metropolitan, walau blepotan. Bendera segitiga(celana dalam) kacamata tak tembus pandang(kutang), daster, kain sarung, adalah pemandangan biasa selalu berkibar setiap saat, tanpa waktu istirahat, kecuali hujan. Orang orang senang dengan telanjang dada hanya mengenakan sarung dan kolor saja, ibu-ibu suka rela memperlihatkan buah dadanya nyusuin anak di ruang terbuka/public, anak-anak lepas celana ‘burung’ kemana-mana, ngomong seenak ‘bacot’, teriakan, omelan, cacian amat lumrah di sini. tak berlaku istilah pornografi, pornoaksi, kekerasan verbal, fisik dan lain lain, yang sering diteriakan oleh kaum intelek.
Demikian sekilas gambaran menyenangkan tempat saya dibesarkan, sampai lulus kuliah. Tak ada sesuatu yang salah di sana, Barulah setelah menginjakkan kaki di Perguruan Tinggi(sekolah tinggi), tempat ini tampak terlihat rendah oleh kawan kawan di Universitas, suka dijadiin objek sosial, human interest, entah apalagi bahasa kerennya, pemukiman tidak standar, tidak sehat, tidak…tidak…apalagi dah banyak banget. Tapi yang saya inget, walau kami biasa ‘nyeker’/kagak pake sandal keluar rumah, bahkan ketika teman teman kecil ke madrasahpun tanpa alas kaki, tetapi waktu magrib tiba, semua sudah pada mandi ‘sarungan lengkap dengan kopiah’ siap ke rumah ‘Abah Imi’(sampe nama aslinya gak tau) untuk mengaji, tanpa alasan, tanpa kecuali, makanya saya hapal sampai kini, Al’Fateha J
Walau tempat tinggal saya kini jauh dari Angke, tetepi beberapa adik , sepupu dan ponakan masih bercokol, sehingga kapapun rasa kangen itu muncul bisa dengan gampang melepaskannya segera.
KONSEPSI:
Saya bagi menjadi 6 Perspektif/sudut pandang:
- PERSONAL
Membangun struktur yang mempertontonkan SENSASI VISUAL tentang pemukiman yang rapat bertumpuk , padat, tak beraturan namun penghuninya santai dan nmenyenangkan, melalui gambar sketsa dalam kemasan bingkai hitam.
- HISTORICAL
Menggunakan mediun sketsa lepas di atas karton gambar padalarang, dengan harapan dapat menarik masa lalu ke dalam ruang dan waktu sekarang, terkait kompetensi ‘suka menggambar/sketsa’ yang menambah value/nilai pada presentasi visual ini.
- TECHNICAL
Dominasi garis yang sangat kuat, kombinasi pinsil dan pen drawing(ball point), menonjolkan nilai ekspresif dari gambar ini sesuai makna tersirat/konotatif yang ingin dicapai dalam upaya membangun mood/tone n manner/nuansa romantis dari keadaan sebenarnya.
- ETHICAL
Informasi hiperbola tentang suatu lokasi pemukiman yang padat dengan segala tingkah laku yang berterima di sana, menjadi gambaran keadaan pada umumnya masyarakat marginal di Indonesia, khususnya Jakarta.
- CULTURAL
Sebuah kenyataan sosial dan budaya nyata masyarakat Indonesia pada umumnya, dengan mudah dapat ditelaah tanda tanda/code/sign dan symbol yang berlaku , melalui gambar sederhana/sketsa(bentuk rumah, berpakaian, cara bercicara, kebiasaan)
- CRITICAL
Struktur dasar sketsa ini adalah bentuk SEGITIGA, terbangun menyusun ke atas, sesuatu yang tak lazim dan tak mungkin ada pemukiman/susunan bangunan seperti itu, hal itu memaksudkan sebuah pernyataan exaggerated. Jadi dengan membuat pernyataan visual seperti itu, emphasis akan terbangun dengan baik.
Last updated :
SOCIAL MEDIA
Let’s relentlessly connected and get caught up each other.
Looking for tweets ...