“Njlimet” is a New Pleasure

Njlimet merupakan kata yang mewakili situasi atau urusan-urusan yang sulit, hambatan-hambatan yang kompleks dan kesimpang-siuran keadaan bahkan chaos. Keadaan ini menjadi begitu runyam jika berpadu dengan kepanikan dan sempitnya ruang berfikir atau minimnya kemafuman. Kecanggungan sikap, kebijaksanaan dan ketergesa-gesaan juga menyulut fenomena Njlimet ini.
Sejauh peradaban manusia “Njlimet” akan selalu membersamainya. Sejarah mencatat kelahiran berbagai perang dan pertikaian adalah hal-hal yang tak mampu dihindari karena ke-Njlimet-an yang melingkupinya. Njlimet adalah sunnatullah, yang padanya diselipkan makna dan pesan bagi para pencari kebenaran dan pejuang. Namun tidak lantas melahirkan pahlawan-pahlawan baru hanya diindikasikan mampu melampaui dan memudarkan saturasi kerumitan, melainkan yang bahkan hanya bersabar melawatinya.
Pada maqom yang sulit diterima akal, ada fenomena “Njlimet” baru, ketika sebagian orang bisa bersanding dan bahagia bersama hal-hal yang Njlimet. Njlimet yang “given” yang digariskan dari yang Maha merencana, bahkan “Njlimet” yang dengan sengaja diimitasi bahkan diproduksi besar-besaran sebagai bahan bakar mesin kehidupan. Kaum yang optimis ini melayangkan semboyan, tanpa ombak dan badai, “Para nelayan tahu bahwa laut itu berbahaya dan badai itu mengerikan, tetapi mereka tidak pernah menemukan alasan yang cukup bahaya itu untuk tetap di darat.” – Vincent Van Gogh. Shannon L. Alder juga menganologikan “Anda tidak bisa mendapatkan pelangi tanpa badai.” Njlimet adalah dinamikan yang terkadang tak harus ditawar namun harus dibeli lunas sebagai modal membangun kerajaan usaha, karena setiap “success story” yang kita baca tak akan pernah ada, tanpa bumbu-bumbu “Njlimet” bahkan lebih berani, sang story teller, memasukkan lebih banyak lagi bumbu ke dalamnya.