Tim Walker, a bad assistant – famous photographer
Tim Walker dengan hasil karyanya yang tergolong konseptual dan surealis, dengan warna yang termasuk vibrant color, membuatnya mendominasi mayoritas visual dunia mode dalam dua dekade.
Berperan sebagai asisten ke4 seorang fotografer kondang Richard Avedon, dengan tanggung jawab utamanya adalah mengganti bola lampu, mengosongkan tempat sampah, mendapatkan makanan untuk semua orang, Walker yang saat itu belum genap 25 th, menjadi kasta terendah di ruangan itu yang harus patuh ke senior asisten lainnya dan terutama si fotografer. Dia pemalu dan sering melamun, tapi dia memperhatikan detail.
Tugasnya sangat sederhana, tetapi harus membersihkan kotoran anjing dari jalan tepat di depan studionya, yang sering harus dilakukannya, justru memungkinkannya untuk berada di barisan depan dalam pengalaman melihat foto Richard Avedon, kenang Tim Walker, yang sekarang sudah memasuki 50 tahun, (dia lahi di tahun 1970), dan sudah menjadi salah satu fotografer mode terkemuka dunia selama dua dekade. “Saya berada di garis depan dan bagaimana Avedon berkomunikasi dengan modelnya, adalah segalanya.”
Fotografer kondang ini ternyata dipecat oleh seniornya itu, dengan alasan tidak terlalu cekatan dan asisten yang termasuk buruk untuk kerja Avedon saat itu, hanya setahun. dengan alasan Walker tidak cukup cekatan, dan asisten foto yang sangat buruk, sangat lambat, sedangkan orang-orang yang bekerja untuk Avedon dituntut sangat cepat, berapi-api, dan berpengalaman secara teknis.
Mungkin pengamat tidak akan menghubungkan kedua fotografer tersebut dengan otomatis. Avedon terkenal karena potretnya yang terang benderang, sering kali dibuat dengan latar belakang putih minimalis, sedangkan Walker, di sisi lain, memiliki estetika yang lebih aneh dan fantastis. Karyanya, yang ditemukan di majalah-majalah seperti Vogue, W, Love dan i-D, sering berada di alam surealis di suatu tempat antara mimpi dan mimpi buruk. Pilihan warnanya seperti aliran psychedelic.
Tapi Avedon, yang meninggal pada tahun 2004, ternyata tidak pernah jauh dari pikiran Walker. Walker bertubuh ramping, rambut hitam dan janggutnya dipangkas dengan panjang yang sama. Pakaiannya sederhana, kaos hitam, celana pendek, dan sepatu Nike, biasa dan sederhana ,kurang ‘mode’ dari yang mungkin diharapkan. Dia tidak tahu bagaimana hasil fotonya, tapi dia sudah bermain-main dengan skenario gaya Avedon untuk menciptakan karya fotonya. Dia mengungkap bahwa dia merasa berhutang terhadap Avedon.
Melihat portofolio Walker, pengamat mungkin akan menganggap memiliki masa lalu yang kelam. Namun dia lahir di Guildford, Surrey, tetapi ketika dia dan saudara laki-lakinya masih kecil, orang tuanya pindah ke tempat terpencil di pedesaan Dorset. Musim panas mereka dihabiskan dengan melompati pagar, membangun rumah pohon dan mencoba membendung sungai kecil yang mengalir melalui lembah mereka sehingga mereka bisa berenang di dalamnya. “Bukannya pendidikan saya lebih baik daripada orang lain,” katanya, “tetapi saya tahu hak istimewa untuk tumbuh liar, diizinkan berlarian memberi saya banyak dari apa yang saya bissa visualkan sekarang.”
Ketika Walker tidak main di luar dengan saudaranya, dia menghabiskan waktu untuk menggambar. Kartun atau tokoh kartun yang ekstrim, kata Walker. Dia menggambar orang yang sangat tinggi dengan rambut yang sangat panjang, atau menggambar orang yang sangat bulat, atau orang yang sangat hitam, orang yang sangat putih, orang yang sangat merah jambu atau hijau. semacam bahasa Mr Men dan dia mengakui, ‘There’s an extremity to my interest in beauty.’
Walker adalah fotografer langka yang tidak memposting gambar ke Instagram. karena tidak nyaman dengan orang-orang yang melihat teknologi terlalu banyak, karena itu membawa feel pengamat keluar dari kenyataan karena melihat dengan cara digital dalam satu ukuran membuat semuanya sangat linier. Ada kegembiraan tersendiri, dan sensasi tersendiri saat orang bisa melihat mengamati foto secara langsung.
Ditendang keluar dari tim seorang Richard Avedon tidak membuat Walker gagal dalam kariernya, malah sebaliknya: pada usia 25, di Inggris, ia menerima komisi pertamanya untuk Vogue (hubungan yang berlanjut hingga hari ini). Walker segera menjadi pilihan untuk pemotretan mode berkelas.
Kesukaannya pada petualangan dan fairy tale, membuatnya sering menghasilkan karya fantastik dan full imaginasi, yang banyak menghiasi majalah fashion dunia, dan pameran foto di museum terkemuka. Dia terus berkarya mencoba berbagai tema foto yang berbeda, dan menjadi contoh baik bahwa kegagalan bukan suatu titik akhir suatu karir.
SOCIAL MEDIA
Let’s relentlessly connected and get caught up each other.
Looking for tweets ...