Si Ompong (Refleksi Fotografi)
Setelah sekian lama menjadi bagian kecil dari Cimande, tahun 2009-lah pertama kali menyaksikan produk tradisi “Bincurang”. Perhelatan adu kaki yang diikuti oleh anak-anak pada sebuah hajatan keluarga. Bincurang layaknya pertunjukan WCW, yang kalah atau tidak sanggup akan melambaikan tangan dan disambut dengan tepokan tangan teman gengnya untuk meneruskan adu kaki tersebut. Dari perhelatan Bincurang banyak sekali pelajaran kearifan lokal tentang sportifitas yang dipertontonkan oleh anak-anak belia desa Cimande. Begitulah bincurang digelar layaknya hiburan yang dinikmati dengan keriangan seperti si ompong tersebut, bukannya dengan permusuhan berkelanjutan. Kontak fisik dengan meninggalkan rasa sakit pada kaki, itu semua mudah diobati, tetapi saling menyakiti hati yang berbekas tiada henti tak pernah terjadi. Begitulah leluhur Nusantara mewariskan kearifan lokal yang sekarang ini seakan menjadi teks tanpa makna. Kita penerus nusantara, penerus kebajikan, pereda dengki dan kitalah seharusnya menjadi anak Indonesia itu.
Membaca tradisi untuk refleksi diri.
Kudu silih asih, silih asah jeung silih asuh
Salam fotografi indonesia kawan!
Published at :