Mendesain Iklan seperti Bercermin
Bismillah,
Iklan, siapa yang tidak tersentuh olehnya. Hampri di setiap kesempatan kita pasti berhubungan dengan iklan. Orang tua, remaja hingga anak kecil bahkan bayi menjadi target iklan. Begitu besarnya efek iklan terhadap calon konsumennya hingga sebagian sisi otak kita pun terisi oleh jargon-jargaon iklan, jingle iklan, ikon-ikon iklan, wajah para model iklan, sampai siapapapun dengan sadar maupun tidak memerankan sebagaik bagian dari iklan tersebut.
David Berman penulis buku DO GOOD DESIGN menuturkan bahwa di Amerika Selatan para petani hanya mampu menghafal tidak lebih dari 10-20 jenis tanaman, itupun karena mereka berada di ranah dan lingkup pertanian. Namun mereka mampu mengenali ratusan merek yang memberondong mereka melalui iklan.
Anak saya Harits 2,8 tahun dengan piawainya menirukan “cengkok” jingle iklan salah satu produk white coffee yang dibawakan oleh penyanyi Glen Fredly secara RNB, belum lagi anak-anak lain yang selalu menyamakan tingkah laku dan gayanya seperti yang dituturka di iklan iklan yang mereka lihat di televisi. Simbol-sibol iklan seperti Cowboy Junior, Cherrybell dan semacamnya begitu efektif meng”influence” anak-anak kita dalam bertingkah laku.
Banyak sekali yang bisa kita tularkan kepada banyak orang melalui iklan. Apalagi sebagai para kreator jelas mempunyai otoritas yang luas untuk menyuguhkan ide-ide yang untuk mampu merubah dan memmpengaruhi para pemerhati televisi, internet, radio dan media-media lainnya. Hal inilah yang selanjutnya sebut sebagai kesempatan emas bagi pembuat iklan untuk menjadi agen perubahan. Perubahan untuk menjadikan sesuatu lebih baik. Namun hal ini hanya akan menjadi wacana yang basi apabila para penggiat dna pembuat iklan tidak memiliki sense of crisis terhadap iklan-iklan yang mereka display di benak para pemerhati dan konsumen iklan tersebut. Kreator iklan diharapkan memiliki agenda yang sama dengan para pembawa misi kesalehan baik itu para otivator ataupun para agamawan bersemangat membentuk perilaku umat menjadi lebih bermartabat dan lebih terhormat. Para kreator iklan sering justru malah dituding telah merusak tatanan dan mengaburkan sesuatu yang jelas-jelas sudah sangat absurd dan hanya mewakilkan suara para pemodal dan pemilik kepentingan untuk keuntungan yang besar.Bukankah saat ini adalah sebuah kelemahan bagi era Unique Selling Proposition atau pun positioning yang mengetengahkan keunggulan sebuah produk meskipun itu sangat kecil bahkan harus didramatisasi agar menjadi seakan-akan relaistis? Tentu saja kita harus selalu berkaca pada cermin yang bukan lagi hanya menampilkan wajah kita di saat bercermin sendirian di depan meja rias. Namun banyak sekali yang nimbrung kita, seakan akan mereka selalu membuntuti dimana kita berada, “nguping” di saat kita brainstorming dengan team kreatif dan strategic planning.
Saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk tetap ke-pe-dean menganggap orang akan melihat dan mengamini iklan kita dengan sukarela. Kini saatnya melebarkan kaca cermin kita agar kita mampu lebih luas lagi memasukkan obyek-obyek yang lebih memperkaya iklan kita, agar iklan kita mampu menjangkau hati konsumen yang terdalam dan menemani brand. Dari menyemai benih, menyiram dan terus merawat brand hingga panen tiba. Konsumen bukan lagi media yang pasif melainkan sekelompok makhluk sosial yang memiliki habit ingin selalu bersama dalam komunitas. Seringkali mereka lebih “curhat” dengan komunitasnya ketimbang capek sendirian menentukan menunggu iklan pujaannya menyapa. Hanya brand dan iklan yang mampu menemani dan meng-engage mereka sehingga menjadi bagiandari urat nadi kehidupan mereka, dialah brand yang akan dipinangnya.
Marilah kita desain iklan yang lebih pantas dinikmati oleh mata-mata pemirsa karena pesannya yang tidak lagi berbau ke-aku-an dan ke-pe-dean yang ge-er diterima dengan lapang dada. Mari kita lebarkan cermin agar labih banyak obyek yang kta perhatikan di dalamnya. Mari kita desain iklan kita seperti saat kita bercermin. Sehingga kita menjadi orang pertama yang paling mengerti betapa akan kepantasannya dan kelayakan iklan kita sebelum dihadapkan majelis konsumen yang kita mulyakan.
Selamat menyuguhkan kebaikan melalui iklan.
Published at :